MEDAN - Peringati Ulang Tahun Hari Pers Nasional (HPN) 2023, Monumen Pers Nasional Surakarta mengadakan Seminar di Kampus Fisip Universitas Sumatera Utara, Rabu (8/2/2023) Pukul 09:00 Wib.
Seminar yang bertema, "Semangat Jurnalistik Pers Mahasiswa dan Intervensi Kampus" menghadirkan Nara sumber Rektor Universitas Sumatera Utara, Dr. Muryanto Amin, S. Sos, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo, Dr. Usman Kansong, S, Sos, M.Si, Wakil Ketua Dewan Pers, M. Agung Dharmajaya, Ketua PWI Sumut, Farianda Putra Sinik, Kepala Monumen Pers Nasional, Widodo Hastjaryo, Ketua Program Studi Pascasarjana Ilmu Komunikasi FISIP USU, Dr. Iskandar Zulkarnain, M. Si.
Muryanto Amin berterima kasih kepada Kementerian Kominfo yang sudah mempercayakan USU untuk memfasilitasi kegiatan seminar.
"Kami ucapkan terima kasih sekali kepada Kementerian Kominfo Republik Indonesia yang mempercayakan kegiatan ini di kampus USU, kami letakan di Fisip karena ini menjadi sentra penyebaran jurnalistik mahasiswa. Selain itu juga karena Pak Dirjen Alumni Fisip, " ungkapnya sekaligus membuka kegiatan seminar.
Dikesempatan yang sama, Usman Kansong juga memberikan semangat kepada Pers kampus, "Kita harus memberikan semangat kepada para mahasiswa yang ingin fashion nya ada di Jurnalistik, sehingga kita perlu memberikan banyak muatan pada diri yang akan aktif di jurnalistik mahasiswa kampus ini, " Cetus Dirjen IKP Kementerian Kominfo.
Lebih lanjut Usman berpesan, kebebasan pers sangat penting, namun kode etik harus dijaga, "Muatan - muatan itu berkaitan, kalau sekarang ini kan banyak yang dicederai mengenai etika jurnalistik, kebebasan pers itu sangat penting tetapi ada juga prinsip - prinsip yang tidak boleh dilanggar, " pesannya.
Dirinya juga mengibaratkan hubungan pers kampus dengan Universitas seperti sama halnya antara Pemerintah Indonesia dengan Pers Indonesia.
"Hubungan antara universitas dengan pers kampus itu seperti hubungan antara Pemerintah dengan Pers Indonesia, jadi dalam hal ini Pemerintah memfasilitasi kebebasan pers, UU Pers nomor 40 tahun 1999 itu mungkin satu - satunya UU yang tidak punya turunan, tidak punya peraturan pemerintah, tidak punya peraturan presiden, tidak punya peraturan - peraturan lainnya, kecuali mungkin kalau itu turunannya adalah dewan pers, " ungkap Lulusan Ilmu Komunikasi FISIP USU ini.
Selain itu, Usman membeberkan didepan para peserta yang hadir bahwa Dewan Pers adalah lembaga yang independen.
"Dewan pers adalah lembaga independen yang bertugas mengawasi, memastikan kebebasan pers dan juga menjaga kelangsungan hidup pers, " tutupnya.
Tidak kalah menariknya paparan yang disampikan oleh Kepala Monumen Pers Nasional, Widodo Hastjaryo, dirinya mengajak kepada semua yang hadir untuk mengirimkan terbit medianya ke Monumen Pers Nasional agar produk persnya dapat dilestarikan.
"Contoh misalkan itu koran di Bandung, itu ada Pikiran Rakyat. Pikiran Rakyat itu setiap hari mengirimkan bukti terbit medianya ke monpers, ketika tahun 2014 kantor pikiran rakyat di Bandung terbakar, mereka meminta dokumentasinya, baik itu yang sudah kita digitalkan maupun terbit medianya. Alhamdulillah mereka mendapatkan kembali koran - koran yang sudah hangus terbakar. Permasalahannya mereka lupa mengirimkannya lagi sekarang. Tetapi maknanya sampai 2014 koleksi mereka kembali semua, untuk melestarikan produk persnya seperti itu, " jelasnya.
"Nanti kita ganti ongkos kirimnya. Contohnya Cendrawasih Pos, dia tetap mengirimkan terbit media itu ke monpers, tetapi dalam seminggu sekali, nah nanti mereka meminta ongkos kirimnya, " sambungnya.
"Biasanya dari Pemda - Pemda itu mengajak teman - teman media untuk melakukan kunjungan jurnalis ke Musium Pers Nasional, yang terjauh dulu pernah dari Kalimantan, dari Tulang bawang, " cetusnya.
Widodo juga menjelaskan bahwa koran yang tertua di monpes adalah koran pada Tahun 1820, yang masih berbahasa Belanda.
"Koran tertua itu dari tahun 1820, itu yang uda tua, tapi itu bahasa Belanda, tetapi kalau untuk koran - koran itu sendiri dari masing - masing penerbit yang memang masih mengirimkan buku terbit medianya pasti kita simpan, tetapi kalau tidak mengirimkan otomatis kita tidak menyimpan, " katanya.
Bagi peserta yang mengunjungi monpers bisa melihat nuansa didalamnya, "Mereka melakukan perjalanan kunjungan jurnalis ke monpers, jadi sejarah pers. Kita bisa lihat tempatnya, bentuknya, kalau didalamnya itu kan kelihatan nuansa dan kelihatan auranya, " sebutnya.
Diakhir ucapannya, Widodo mengingatkan bahwa HPN adalah perayaan dimana lahirnya Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
"Karena memang namanya, dulukan Musium Monumen Pers, monumen kan bentuk bangunannya, yang kedua ada historinya disitu, dimana tempat lahirnya teman - teman wartawan berkumpul di 9 Februari Tahun 1946, berkumpul membentuk yang namanya organisasi Persatuan Wartawan Indonesia ( PWI). Kita yang tetap mensosialisasikan, memberitahukan kepada masyarakat, HPN adalah perayaan dimana lahirnya PWI itu di Momen Pers. Nah, kita tetap mengambil bagian dari pada HPN itu sendiri, " tutupnya. (Lam)